Minggu, 27 Mei 2012

Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam kesusastraan


 Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam kesusastraan

3.1 PENDEKATAN KESUSASTRAAN
A. Pengertian sastra
Secara etimologis kata sastra berasal dari bahasa sansekerta, dibentuk dari akar kata sas- yang berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran –tra yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk..Secara harfiah kata sastra berarti huruf, tulisan atau karangan. Kata sastra ini kemudian diberi imbuhan su- (dari bahasa Jawa) yang berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan indah bahasanya. Selanjutnya, kata susastra diberi imbuhan gabungan ke-an sehingga menjadi kesusastraan yang berarti nilai hal atau tentang buku-buku yang baik isinya dan indah bahasanya.Selain pengertian istilah atau kata sastra di atas, dapat juga dikemukakan batasan / defenisi dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah yang menyebut fenomena yang sederhana dan gampang. Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Kita dapat berbicara secara umum, misalnya berdasarkan aktivitas manusia yang tanpa mempertimbangkan budaya suku maupun bangsa. Sastra dipandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati. Orang-orang tertentu di masyarakat dapat menghasilkan sastra. Sedang orang lain dalam jumlah yang besar menikmati sastra itu dengan cara mendengar atau membacanya.Batasan sastra menurut PLATO, adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauhdari dunia ide.ARISTOTELES murid PLATO memberi batasan sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Menurut kaum formalisme Rusia, sastra adalah sebagai gubahan bahasayang bermaterikan kata-kata dan bersumber dari imajinasi atau emosi pengarang. Rene Welleck dan Austin Warren, memberi defenisi bahasa dalam tiga hal :1. Segala sesuatu yang tertulis2. Segala sesuatu yang tertulis dan yang menjadi buku terkenal, baik dari segi isi maupun bentuk kesusastraannya

B. PENGERTIAN SENI
Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian itu ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, juga terdapat di Barat pada masa lampau.
Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; dan artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Maka kiranya artista dapat dipersamakan dengan cilpa.
Ars inilah yang kemudian berkembang menjadi l’arte (Italia), l’art (Perancis), elarte (Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinyapun berkembangan sedikit demi sedikit kearah pengertiannya yang sekarang. Tetapi di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain, orang Jerman menyebut seni dengan die Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari akar kata yang lain walaupun dengan pengertian yang sama. (Bahasa Jerman juga mengenal istilah die Art, yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang diangkat untuk istilah kegiatan itu).
Dari dulu sampai sekarang karya sastra tidak pernah pudar dan mati. Dalam kenyataan karya sastra dapat dipakai untuk mengembangkan wawasan berpikir bangsa. Karya sastra dapat memberikan pencerahan pada masyarakat modern. ketangguhan yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Di satu pihak, melalui karya sastra, masyarakat dapat menyadari masalah-masalah penting dalam diri mereka dan menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab terhadap perubahan diri mereka sendiri.
Sastra dapat memperhalus jiwa dan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpikir dan berbuat demi pengembangan dirinya dan masyarakat serta mendorong munculnya kepedulian, keterbukaan, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sastra mendorong orang untuk menerapkan moral yang baik dan luhur dalam kehidupan dan menyadarkan manusia akan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan memiliki kepribadian yang luhur.
Selain melestarikan nilai-nilai peradaban bangsa juga mendorong penciptaan masyarakat modern yang beradab (masyarakat madani) dan memanusiakan manusia dan dapat memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal, melatih kecerdasan emosional, dan mempertajam penalaran seseorang.
Sastra tidak hanya melembutkan hati tapi juga menumbuhkan rasa cinta kasih kita kepada sesama dan kepada sang pencipta. Dengan sastra manusia dapat mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu jauh lebih indah dan mempesona.

C. PERANAN SASTRA
Prosa, puisi, lakon, skenario, skripsi, risalah ilmiah, esei, kolom, berita, surat, proposal, catatan harian, laporan, pandangan mata, pidato, ceramah, transkripsi percakapan, wawancara, iklam, propaganda, doa dan sebagainya semuanya jadi termasuk sastra, karena mempergunakan bahasa.
Semua sektor kehidupan, seluruh aktivitas manusia tak bisa membebaskan diri dari bahasa. Bahkan olahraga yang jelas-jelas menitikberatkan pada aktivitas raga, tetap saja membutuhkan bahasa dalam menumbuhkan dan mengembangkan dirinya. Dengan cakupan yang begitu dahsyat, sastra tidak mungkin tidak berguna. Demikianlah mahasiswa yang sedang menekuni berbagai jurusan, akan selalu, suka tak suka berhubungan dengan sastra.
Bagaimana dengan puisi dan prosa yang merupakan bagian dari kesusastraan (baca: sastra yang indah). Apakah puisi dan prosa juga berguna bagi semua mahasiswa, sehingga bukan saja jurusan bahasa dan sastra tapi juga jurusan sosial, ekonomi dan eksakta berkepentingan mengkaji sastra? Apa seorang yang ingin menjadi insinyur, dokter, diplomat, pengusaha, perwira, pemimpin politik, ahli hukum, negarawan dan ulama, perlu membaca sastra?
Di tahun 60-an, pelajaran kesusastraan masih diajarkan di SMA di semua bagian A,B dan C (budaya, eksakta dan ekonomi). Tetapi posisinya memang hanya sebagai pendukung pelajaran Bahasa Indonesia. Tak jarang jam pelajaran kesusastraan dikanibal oleh pelajaran bahasa.
Hal tersebut dimungkinkan, karena pelajaran kesusastraan tak lebih dari hapalan bentuk-bentuk kesusastraan, riwayat hidup pengarang, judul karya dan sinopsis buku-buku wajib baca. Tak pernah ditelusuri secara mendalam (gurunya tak ada yang terdidik ke arah itu) hakekat kesusastraan itu kaitannya dengan berbagai pemikiran yang ada dalam kehidupan. Jadinya pelajaran kesusastraan – lebih popular disebut pelajaran sastra saja – hanya jadi pelajaran tak berguna. Dihapus juga tidak ada akibatnya.
Kesusastraan (prosa dan puisi) sesungguhnya terkait dengan seluruh aspek kehidupan. Hanya saja karena pemaparannya menempuh lajur rekaan imajinasi, sehingga nampak semu. Tapi dalam kesemuannya itu, sastra merefleksikan fenomena hidup beragam dengan mendalam, mengikuti cipta-rasa-karsa penulisnya.
Untuk itu memang diperlukan kesiapan: apresiasi, interpretasi dan analisis, sehingga dunia rekaan di dalam sastra jelas kaitannya dengan seluruh aspek kehidupan. Kritik sebagai perangkat penting yang sesungguhnya berfungsi menunjukkan arti kehadiran sastra, kebetulan sangat parah di Indonesia, sehingga kehadiran sastra semakin tenggelam hanya sebagai hiburan.
Sastra memang memiliki potensi yang hebat untuk menghibur. Dan karenanya sebagai barang komoditi nilainya tinggi. Kaitannya dengan bisnis dan industri juga meyakinkan. Sebuah karya sastra dapat meledak, mengalami ulang cetak setiap tahun dengan oplag raksasa dalam berbagai bahasa.
Namun sastra tidak semata-mata kelangenan, tetapi juga dokumen perjalanan pemikiran yang menjadi bagian dari perjalanan sejarah. Uncle Toms’s Cabin karya Beecher Stowe yang melukiskan derita dan nestapa budak kulit hitam di Amerika Serikat, telah diakui sebagai salah satu pemicu perang Saudara di Amerika dalam rangka menghapuskan perbudakan.

D. HUBUNGAN ANTARA SASTRA , SENI DENGAN ILMU BUDAYA DASAR
Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi – materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya.
Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :
1. kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
2. Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya .
3. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya .

3.2. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA

A. PENGERTIAN PROSA
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.

B. JENIS-JENIS PROSA
- Prosa juga dibagi dalam dua bagian, yaitu:
Prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat.
Prosa baru adalah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.

C. KOMPONEN-KOMPONEN DALAM PROSA
 ·         Prosa lama meliputi :

1.      Fabel
Fabel diambil dari bahasa Belanda yang berarti cerita yang menggunakan hewan sebagai tokoh utamanya. Misalkan cerita kancil atau cerita Tantri di Indonesia.
Banyak satrawan dan penulis dunia yang juga memanfaatkan bentuk fabel dalam karangannya. Salah seorang pengarang fabel yang terkenal adalah Michael de La Fontaine dari Perancis. Penyair Sufi Fariduddin Attar dari Persia juga menuliskan karyanya yang termashur yakni Musyawarah Burung dalam bentuk fabel. Biasa pada sebuah fabel tersirat moral atau makna yang lebih mendalam.

2.      Legenda
Legenda (Latin legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang enpunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai sejarah kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklore. Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite.
Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.

3.      Cerita rakyat (folklore)
Cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa.

4.      Tambo
Suatu karya sastra yang menceritakan sejarah (asal-usul) suku bangsa, negeri, dan adat. Karya sastra sejarah ini biasa disebut dengan Historiografi Tradisional. Penulisan sejarah suatu negeri berdasarkan anggapan atau kepercayaan masyarakat setempat secara turun-temurun.

5.      Cerita pelipur lara
Suatu karya sastra yang berisikan kejenakaan. Karya sastra ini bertujuan untuk melipur lara atau membuat pembaca melupakan sedihnya.

·         Prosa baru meliputi :

1.      Roman
Roman adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Bisa juga roman artinya adalah "kisah percintaan".

2.      Riwayat
Riwayat  adalah catatan singkat tengatang gambaran diri seseorang. Selain berisi data pribadi, gambaran diri itu paling tidak harus di isi keterangan tentang pendidikan atau keahlian dan pengalaman. Dengan data itu riwayat hidup akan memberikan gambaran atau kualifikasi seseorang.

3.      Antologi
Antologi secara harfiah diturunkan dari kata bahasa Yunani yang berarti “karangan bunga” atau “kumpulan bunga” yang berarti sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya definisi ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio dan televisi juga tergolong antologi.

4.      Resensi
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
5.      Kritik
Kritik adalah analisis untuk menilai suatu karya sastra. Tujuan kritik sebenarnya bukan menunjukkan keunggulan, kelemahan, benar atau salah sebuah karya sastra dipandang dari sudut tertentu, tetapi tujuan akhirnya mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra setinggi mungkin dan mendorong pembaca untuk mengapresiasi karya sastra secara lebih baik.
Ada 2 jenis kritik sastra :
1.      Kritik sastra intrinsik : Fokusnya pada karya sastra itu sendiri dan menganalisa unsur-unsur karya sastra itu.
2.      Kritik sastra ekstrinsik : Menghubungkan karya sastra dengan hal-hal diluar karya sastra. Misalnya menghubungkan karya sastra dengan pengarangnya, karya sastra dihubungkan dengan ilmu psikologi, agama, sejarah, filsafat.

3.3 NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI

A. PENGERTIAN PROSA FIKSI
Prosa Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceritera. (aminuddin, 2002:66). Sedangkan M. Saleh Saad dan Anton M. Muliono (dalam Tjahyono, 1988:106) mengemukakan pengertian prosa fiksi (fiksi, prosa narasi, narasi, ceritera berplot, atau ceritera rekaan disingkat cerkan) adalah bentuk ceritera atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya imajinasi.

 
B. NILAI-NILAI YANG ADA DALAM PROSA FIKSI
  • Prosa fiksi memberikan kesenangan.
Keistimewaannya pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalami sendiri peristiwa tersebut
  • Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sedikit informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
  • Prosa fiksi memberikan warisan cultural
Prosa fiksi dapat menstimulasi imaginasi dan warisan budaya bangsa.
  • Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi sesorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman dengan banyak individu.
Berkenaan dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi 2 :
  • Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki zamannya.
  • Karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya, tidak mengajak pembaca melakukan sesuatu tetapi untuk merenung.
C. DUA KARYA SASTRA

1. PUISI
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποι (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya. Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.
Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut. Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar. Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.

2. DRAMA
Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.

Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.

4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
D. CONTOH PROSA
Mite
Dari Desa Trunyan; Desa Tertua Di Indonesia
    Mite; sebagai cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi, belakangan ini  menjadi trend diberbagai kalangan ilmuwan untuk dikaji dan diteliti sebagai salah satu alat mencari kelengkapan sejarah. Walau sebelumnya, tentu saja, cara berpikir kaum akademisi akan menampiknya; cerita yang paling bisa diterima adalah kisah-kisah dalam kitab-kitab suci sebaliknya mite dan legenda dipandang sebelah mata. Namun kini semakin terbuka berbagai keilmuan, memberi mite sebagai salah satu subyek untuk diteliti; melengkapi gaya penulisan sejarah secara 'theisme' dan sejarah yang berdasarkan ' klanisme' walau memang signal informasi dan isyarat yang disimpan dalam mite tidak bisa dibaca dengan cara pikir tradisi bedah intelektual  'gaya modern' yang kadang jumawa, penelitian mite memerlukan pengetahuan holistic yang sebenarnya sangat menantang.

    Mau tak mau, kini banyak pihak menoleh kepada mite dan legenda;  yang isi informasinya berkembang dari mulut ke mulut, diwariskan juga dengan tradisi yang sama dalam bentuk bertutur. Jelas akan menimbulkan banyak pengembangan bahkan pengurangan, kadang menjauhi kisah awalnya. Sekali waktu, karena kini di Bali tengah tumbuh fenomena 'majapahitisme', banyak yang kerauhan akan berbagai soal majapahit; dari merasa titisan Hayam Wuruk bahkan merasa diberkati dan dirasuki Gajah Mada. Saya justru tertarik untuk menuliskan sebuah Mite yang jika kemudian disandingkan dengan beberapa peninggalan prasajarah yang sampai kini masih ada diberbagai belahan dunia akan memberi bahan pemikiran, betapa tuanya pulau Bali ini; kelak barangkali akan bersanding dengan kesemangatan berbagai pihak yang tengah mencari 'ujung' atlantik.

    Mite Desa Trunyan Bali misalnya; desa yang diperkirakan sebagai desa tertua di Bali bahkan di Indonesia, disahihkan dengan berbagai penemuan prasajarah, merujuk ahli  prasejarah R.P Soejono yang mendapatkan beberapa alat batu Paleolitik seperti kapak perimbas (chopper tools), proto kapak genggam (proto hand ax), kapak perimbas berpuncak (high backed chpper), kapak perimbas pipih (flat iron chopper), Bapak Soejono sewaktu menemukannya menjabat sebagai Kepala Lebaga Purbakala dan Peninggalan Nasional cabang II Bedulu Gianyar; menurut bapak ahli ini: artefak-artefak temuan di desa induk trunyan diduga berasal dari zaman Pleistosen Bawah, kini semua penemuan itu di museum purbakala di Gianyar-bali, bukti lain ketuaan desa Trunyan adalah patung dewa raksasa dewa tertinggi yang disebut Ratu Sakti Pancering Jagat (Batara Da Tonta): jelas bukan dari model patung hIndu klasik, menurut Bapak Goris itu jelas patung gaya Megalitik. Bukti lain adalah jalan tangga yang terbuat dari batu megalitik bernama Jalan Batu Gede (semoga tidak karena alasan kemajuan zaman apalgi pariwisata lalu jalan itu diganti aspal).

    Nama Desa trunyan jelas nama desa sangat tua, yang ditemukan dalam beberapa prasasati dengan nama Turunan; namun prasasti-prasasti itu juga mengisyaratkan bahwa baik penguasa raja bali kuna maupun selanjutnya; sangat menghormati tata upacara desa trunyan yang berbeda dengan Bali suku: orang desa Trunyan sejak dahulu kala menyebut diri mereka sebagai Bali Mula; agak tidak suka disebut bali aga (aga berasal dari kata arga: sansekerta: artinya gunung), sebab sebutan bali aga konotasinya sebagai orang gunung yang bodoh; orang bali mula menyebut orang bali lainnya dengan bali suku: mereka yang datang dari seberang dengan berjalan kaki. 

    Mite Desa trunyan kini mungkin susah didengar secara utuh, bahkan mungkin bersaing dengan brosur pariwisata yang kadang ditulis berdasarkan karangan seorang guide atau tokoh informan desa, yang belum tentu tahu betapa banyak informasi hilang mengenai Trunyan, ketika banyak para lelakinya di kirim kerja paksa di zaman Jepang. Itulah sebabnya, upaya menulis mite ini semoga menggugah banyak pihak untuk bersama mengkaji dan menyempurnakannya.

    Dikisahkan, dahulu kala berhembus bau harum yang demikian semerbak hingga menembus batas langit, menyentak setiap tarikan nafas dan mengundang rasa ingin tahu. Dikisahkan, seorang dewi entah bernama siapa, salah satu penghuni langit tergugah dan terpikat oleh keharuman itu. Maka taanpa dapat dicegah segera ia melayang –layang; pergi kesana kemari mencari asal datangnya bau harum itu.

    Berhari-hari dewi itu mengikuti arah datangnya bau harum, kian lama yang mencari, kian ia merasa mendekati asal datangnya keharuman itu. Benarlah, akhirnya ia melayang menuju satu arah, arah yang memberi bau terkuat, yang paling keras kesemerbakannya. Akhirnya di satu titik di antara awan-awan dewi itu menghentikan terbangnya, mengerutkan dahinya, memastikan bahwa keharuman yang menyentak itu datangnya dari bawah, dari bumi.

    Segera dewi itu  meluncur dengan anggun, menjejakkan kakinya di atas tanah, menarik nafasnya dengan mata penuh cahaya; alangkah kagum hatinya memandang sekitarnya. Sambil melangkah pelahan dicarinya asal keharuman itu; alangkah terpesona dewi itu saat menyadari semua keharuman yang mampu menembus langit itu, yang menarik dirinya turun ke bumi berasal dari pohon-pohon menyan; (pohon dalam bahasa bali disebut taru, menyan: benzoin; inilah asalkan kata Trunyan) dan sang matahari yang usil dengan penuh senyum mengikuti secara diam-diam kemana pun  dewi itu melangkah.

    Ah, akan berdiam di sini, putus dewi itu dengan senyum mengembang.  Dengan keriangan yang luar biasa dewi itu bergerak berkeliling mengamati semua pohon lalu bicara dengan pohon menyan: izinkan aku meminta bagian tubuhmu untuk kujadikan balai-balai, aku hendak berdiam di sini menikmati keharuman yang menebar dari diri kalian.

    Pohon-pohon menyan seperti bersorak mengibas-ibas daun dan rantingnya, keharuman makin merebak, salah satu dari mereka membungkuk, melengkungkan batangnya, tak lama kemudian ada balai-balai yang demikian nyaman; dewi itu sungguh bahagia dan berjanji akan setiap hari mengurus semua pohon di sana, pohon-pohon menyan bersorak riang seolah mendapatkan kembali ibunya. Dewi itu memang jatuh hati pada pohon-pohon itu, setiap hari di menyisiri barisan pohon-pohon itu, mengajak bercakap-cakap, kadang bernyanyi, dan matahari terus mengikuti dengan cahayanya bahkan kadang begitu dekat cahaya itu diarahkan ke mata dewi itu," hei, matahari, menjauhlah, sudah cukup cahayamu, jangan menyilaukan mataku dan jangan sampai membuat daun-daun pohon menyan ini layu…"

        Tapi sang matahari memang jail dan agaknya menyukai dewi itu, walau hampir setiap hari dewi itu mendampratnya, matahari itu tetap saja mengejar dewi itu dengan cahayanya, suatu ketika dewi itu bersembunyi di sebuah gua, ternyata matahari itu mengikuti dewi itu hingga ke goa, dengan kesal dewi itu berteiak dank arena demikian kesal ia menunggingkan pantatnya ke arah langit, ke arah matahari menggantungkan cahayanya seraya berteriak," ini kupantati kamu, hai matahari yang selalu usil…." Matahari bukannya meredupkan cahayanya, malah makin bersinar terang sehingga vagina dewi itu pun nampak.

        Keajaiban terjadi setelah menunggingi matahari, dewi itu hamil.  Dan kemudian melahirkan anak kembar dampit, yang sulung banci, yang lebih kecil perempuan. Setelah anak itu agak besar, dewi itu dipanggil oleh suara gaib, dia pun terbang kembali ke langit, kedua anaknya dititipnya pada pohon-pohon menyan dan matahari setiap hari dengan setia menjaganya.

    Pada musim-musim yang penuh angin seperti biasa keharuman makin semerbak menebar dari tempat itu, tak hanya ke langit namun juga sampai jauh ke seberang, di sebuah kerajaan  yang dipimpin oleh Dalem Solo (jangan menyamakan dengan solo yang sekarang apalagi pengertian raja keturunan mataram hindu, dst. Sebutan solo ini sepertinya merujuk pada ketuaan manusia barangkali ingatan penemuan fosil manusia purba akan dapat mencegah pengembangan cerita yang kadang menduga-duga dalem solo ini terkait dengan keraton masa pertengahan),

    Dalem Solo memiliki empat anak;  tiga lelaki dan yang bungsu perempuan, keempatnya sangat tertarik dengan bau harum yang semerbak yang menyelimuti wilayah kerajaan ayahnya dan berkehendak hendak mencari sumbernya. Ayahandanya pun ingin tahu asal keharuman itu, mengizinkan keempat anaknya bertualang mencari sumber keharuman itu.

    Maka berangkat keempat saudara itu menjejaki arah datangnya keharuman; pelahan-lahan mereka bergerak, memastikan dari arah mana harum itu tercium, mereka bergerak ke Timur, sempat berputar ke utara, keharuman itu makin menyentak saat mereka melewati celah laut, pengembaraan mereka memasuki pulau Bali, hingga sempat mereka memasuki daerah desa Culik lalu ke desa Tepi, sebuah perbatasan antara karangasem dengan buleleng, bau harum itu makin menguat  dari arah gunung Batur, mereka pun menyusuri jalan mendekati gunung batur, setibanya di kaki gunung, anak perempuan dari empat bersaudara itu memutuskan untuk berdiam di sana, tempat itu sekarang di wilayah Pura Batur, anak perempuan itu mendapat gelar Ratu Ayu Mas Maketeg, sedangkan ketiga saudara lelakinya melanjutkan perjalanan menyusuri pinggir danau Batur, setibanya di tempat datar di baratdaya danau terdengar suara seekor burung yang teramat nyaring, tempat itu lalu dinamakan Desa Kedisan (Kedis adalah bahasa bali untuk menyebut burung); waktu mendengar suara burung itu karena girang putra dalem solo yang termuda bersorak kegirangan.  Sorakannya itu membuat kakak sulungnya tidak senang dan memerintahkan," sebaiknya engkau berdiam di sini, tak usah melanjutkan perjalanan…" Namun adiknya dengan lembut menyahut,"Tidak kakak, hamba akan tetap turut mencari sumber keharuman, hamba tak tergoda sedikit pun dengan kemerduan suara burung itu.."

    Mendengar sahutan adiknya itu, bukannya sang kakak senang hati, justru  dengan penuh amarah menendang sehingga adiknya jatuh duduk bersila, itu sebabnya di Kedisan hingga kini ada patung yang duduk bersila bergelar Ratu Sakti Sang Hyang Jero. Setelah meninggalkan adiknya dalam kondisi duduk bersila, kedua putra dalem solo yang sulung dan yang nomor dua melanjutkan pengembaraannya kini menyusuri tepian timur dan tiba di tempat yang datar serta menemukan dua orang perempuan sedang mencari kutu di atas kepala yang lain, karena gembira melihat manusia setelah sekian lama melakukan pengembaraan, putra dalem solo yang kedua amat gembira dan menyapa kedua perempuan itu, perbuatannya itu ternyata membuat sang kakak murka," kamu tak pantas lagi mengikuti pengembaraan ini, karena demikian terpikat dengan kedua perempuan itu, berdiamlah di sini…"

    "kakak, apa salah hamba, hamba tetap akan ikut…hamba tetap berhak untuk menemukan  sumber keharuman itu…"
    "Tidak kuizinkan.."
    "aku memaksa ikut.."

    Sang kakak naik pitam lalu menyepak dengan sekuat tenaga, sehingga adiknya jatuh melingkuh, telungkup, hingga sampai kini di sana ada patung yang bentuk telungkup dan asal kata melingkuh itulah dikenal kemudian dukuh (merujuk abang dukuh, dalam prasasti abang disebut air hawang), setelah meninggalkan ketiga adiknya, si sulung terus melangkah menyusuri  tepian danau menuju utara, melewati jalanan yang curam, bau semerbak itu makin terasa dekat, dan akhirnya dia tiba di suatu dataran dimana dia temukan seorang dewi, yang sungguh jelita, membuat jantungnya berdetak hebat.

    Dewi itu tengah duduk terpejam di bawah pohon-pohon menyan. Dengan penuh kasmaran didekatinya dewi itu, disampaikannya hasrat hatinya, sang dewi menjelaskan bahwa dia memiliki seorang kakak, maka sang kakak pun ditemui oleh putra sulung dalem solo. Dengan tenang, kembaran sang dewi menyahut," kamu boleh mengawini adikku dengan satu syarat kamu harus mau menjadi raja di sini…"

    Putra sulung Dalem solo pun menyetujui permintaan itu dan mendapatkan gelar Ratu Sakti Pancering Jagat dan istrinya Ratu Ayu Pingit Dalam Dasar, berdua mereka menguasai wilayah danau batur hingga kini tetap dipuja dengan tradisi Trunyan . Dan karena tak ingin daerah kekuasaannya di cari oleh orang-orang disebabkan oleh bau harum yang menembus  langit dan lautan, maka keduanya memerintahkan kepada rakyat desa trunyan," Jika ada yang meninggal, jangan dikubur, tapi dipasah, dijajar….agar keharuman menyan tidak menyebar, tapi cukup hanya disekitar wilayah batur ini saja…" (tradisi mepasah ini perhatikan standing dengan beberapa cara di beberapa negaraa lain seperti toraja, mesir, dll) sejak itulah bau harum tak lagi memancar dari tempat itu.

    Beberapa peninggalan patung itu, terkubur oleh letusan gunung; baik gunung agung maupun gunung batur. Mite Desa trunyan memberikan bandingkan bagaimana kitab suci misalnya menceritakan kisah adam dan hawa, lalu kisah manu dalam hindu. Dan Desa Trunyan memiliki kisah awalan keberadaannya, dan tentu saja di berbagai daerah tersimpan mite-mite itu. Yang membuat hati berdebar: bukti peninggalan prasajarahnya ada; sehingga terasa sungguh suatu tanggung jawab untuk menjaga desa dan masyarakat yang memberi gambaran tentang sebuah akar; yang masih bisa dijangkau, tak sekedar hidup di dalam mite.

 

3.4 ILMUBUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI

A. PENGERTIAN PUISI
Puisi adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritme ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Unsure-unsur intrinsik puisi adalah
1.         Tema yaitu tentang apa puisi itu berbicara
2.         Amanat yaitu apa yang hendak dinasehatkan kepada pembaca
3.         Rima yaitu persamaan-persamaan bunyi
4.         Ritme yaitu perhentian-perhentian atau tekanan-tekanan yang diatur
5.         Majas atau gaya bahasa yaitu permainan bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi
6.         Kesan yaitu perasaan yang diungkap lewat puisi
7.         Diksi yaitu pilihan kata atau ungkapan
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

B. KREATIFITAS PENYAIR DALAM MEMBANGUN PUISINYA

            Penyair adalah orang yang menciptakan suatu karya yang dituangkan dalam bentuk bhasa berdasarkan pengalaman. Oleh karena itu, puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imajinasi manusia,yang di rasakan begitu indah yang terungkap dari dalam diri si penulis, pertama sekali yang kita peroleh ketika membaca puisi adalah pegalaman semakin banyak orang membaca sebuah puisi semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh atau nikmati, terlebih pula pengalaman imajinatif. Dapat disimpulkan bahwa pengungkapan secara implicit, sarat dengan makna yang tersirat, dimana kata-kata condong pada artinya yang konotatif, itulah sebenarnya yang kita maksudkan dengan puisi.


C. ALASAN-ALASAN YANG MENDASARI PENYAJIAN PUISI DALAM IBD

Pembahasan puisi dalam rangka pengajaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan diarahkan pada tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang mumi. Puisi dipakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunalcan :
1. Figura bahasa ( figurative language ) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan memberi kejelasan gambaran angan.
2. Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3. Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4. Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5. Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati
Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai berikut :
1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut "pengalaman perwakilan". lin berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan dasamya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang tethatas.Dengan pengalaman perwakilan itu sastra/puisi dapat memberikan kepada para mahasiswa memiliki kesadaran (insight-wawasan) yang penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sndiri dan tentang masyarakat.
Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut "imaginative entry", yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.



2. Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun did sendiri, karena melalui puisinya sang penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.
3. Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang terlibat dalam isue dan problem sosial. Secara imaginatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa ;
- penderitaan atas ketidak adilan
- perjuangan untuk kekuasaan
- konflik dengan sesamanya
- pemberontakan terhadap hukum Tuhan

D. CONTOH PUISI

PADAMU JUA

habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali akan padamu
seperti dulu

kaulah kandil kemerlap
pelita jendela dimalam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu

satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa
dimana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati

engkau cemburu
engkau ganas

mangsa aku dalam cakarmu
bertungkar tangkap dengan lepas

nanar aku, gila sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik angin
serupa dara di balik tirai

kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu bukan giliranku
matahari bukan kawanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar