Konsepsi Ilmu
Budaya Dasar dalam kesusastraan
3.1 PENDEKATAN KESUSASTRAAN
A. Pengertian sastra
Secara
etimologis kata sastra berasal dari bahasa sansekerta, dibentuk dari akar kata
sas- yang berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran –tra yang
berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk..Secara harfiah kata sastra berarti
huruf, tulisan atau karangan. Kata sastra ini kemudian diberi imbuhan su- (dari
bahasa Jawa) yang berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan indah bahasanya.
Selanjutnya, kata susastra diberi imbuhan gabungan ke-an sehingga menjadi
kesusastraan yang berarti nilai hal atau tentang buku-buku yang baik isinya dan
indah bahasanya.Selain pengertian istilah atau kata sastra di atas, dapat juga
dikemukakan batasan / defenisi dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda
satu sama lain. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya
sekedar istilah yang menyebut fenomena yang sederhana dan gampang. Sastra
merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang
berbeda-beda. Kita dapat berbicara secara umum, misalnya berdasarkan aktivitas
manusia yang tanpa mempertimbangkan budaya suku maupun bangsa. Sastra dipandang
sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati. Orang-orang tertentu di masyarakat
dapat menghasilkan sastra. Sedang orang lain dalam jumlah yang besar menikmati
sastra itu dengan cara mendengar atau membacanya.Batasan sastra menurut PLATO,
adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya
sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model
kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauhdari dunia
ide.ARISTOTELES murid PLATO memberi batasan sastra sebagai kegiatan lainnya
melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Menurut kaum formalisme Rusia,
sastra adalah sebagai gubahan bahasayang bermaterikan kata-kata dan bersumber
dari imajinasi atau emosi pengarang. Rene Welleck dan Austin Warren, memberi
defenisi bahasa dalam tiga hal :1. Segala sesuatu yang tertulis2. Segala
sesuatu yang tertulis dan yang menjadi buku terkenal, baik dari segi isi maupun
bentuk kesusastraannya
B. PENGERTIAN SENI
Dalam
bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti
berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk
yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan,
yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik.
Cilpacastra yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah
buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang
sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan
tukang. Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan
seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian
itu ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, juga terdapat di
Barat pada masa lampau.
Dalam
bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan
artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran
dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang
memiliki ketangkasan atau kemahiran; dan artista adalah anggota yang ada di
dalam kelompok-kelompok itu. Maka kiranya artista dapat dipersamakan dengan
cilpa.
Ars
inilah yang kemudian berkembang menjadi l’arte (Italia), l’art (Perancis),
elarte (Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinyapun
berkembangan sedikit demi sedikit kearah pengertiannya yang sekarang. Tetapi di
Eropa ada juga istilah-istilah yang lain, orang Jerman menyebut seni dengan die
Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari akar kata yang lain
walaupun dengan pengertian yang sama. (Bahasa Jerman juga mengenal istilah die
Art, yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan kepada
asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang
diangkat untuk istilah kegiatan itu).
Dari
dulu sampai sekarang karya sastra tidak pernah pudar dan mati. Dalam kenyataan
karya sastra dapat dipakai untuk mengembangkan wawasan berpikir bangsa. Karya
sastra dapat memberikan pencerahan pada masyarakat modern. ketangguhan yang
sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Di satu pihak, melalui karya sastra,
masyarakat dapat menyadari masalah-masalah penting dalam diri mereka dan
menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab terhadap perubahan diri mereka
sendiri.
Sastra
dapat memperhalus jiwa dan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpikir
dan berbuat demi pengembangan dirinya dan masyarakat serta mendorong munculnya
kepedulian, keterbukaan, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sastra
mendorong orang untuk menerapkan moral yang baik dan luhur dalam kehidupan dan
menyadarkan manusia akan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan, makhluk
sosial dan memiliki kepribadian yang luhur.
Selain
melestarikan nilai-nilai peradaban bangsa juga mendorong penciptaan masyarakat
modern yang beradab (masyarakat madani) dan memanusiakan manusia dan dapat
memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal, melatih kecerdasan
emosional, dan mempertajam penalaran seseorang.
Sastra
tidak hanya melembutkan hati tapi juga menumbuhkan rasa cinta kasih kita kepada
sesama dan kepada sang pencipta. Dengan sastra manusia dapat mengungkapkan
perasaan terhadap sesuatu jauh lebih indah dan mempesona.
C. PERANAN SASTRA
Prosa,
puisi, lakon, skenario, skripsi, risalah ilmiah, esei, kolom, berita, surat,
proposal, catatan harian, laporan, pandangan mata, pidato, ceramah, transkripsi
percakapan, wawancara, iklam, propaganda, doa dan sebagainya semuanya jadi
termasuk sastra, karena mempergunakan bahasa.
Semua
sektor kehidupan, seluruh aktivitas manusia tak bisa membebaskan diri dari
bahasa. Bahkan olahraga yang jelas-jelas menitikberatkan pada aktivitas raga,
tetap saja membutuhkan bahasa dalam menumbuhkan dan mengembangkan dirinya.
Dengan cakupan yang begitu dahsyat, sastra tidak mungkin tidak berguna.
Demikianlah mahasiswa yang sedang menekuni berbagai jurusan, akan selalu, suka
tak suka berhubungan dengan sastra.
Bagaimana
dengan puisi dan prosa yang merupakan bagian dari kesusastraan (baca: sastra
yang indah). Apakah puisi dan prosa juga berguna bagi semua mahasiswa, sehingga
bukan saja jurusan bahasa dan sastra tapi juga jurusan sosial, ekonomi dan
eksakta berkepentingan mengkaji sastra? Apa seorang yang ingin menjadi
insinyur, dokter, diplomat, pengusaha, perwira, pemimpin politik, ahli hukum,
negarawan dan ulama, perlu membaca sastra?
Di
tahun 60-an, pelajaran kesusastraan masih diajarkan di SMA di semua bagian A,B
dan C (budaya, eksakta dan ekonomi). Tetapi posisinya memang hanya sebagai
pendukung pelajaran Bahasa Indonesia. Tak jarang jam pelajaran kesusastraan
dikanibal oleh pelajaran bahasa.
Hal
tersebut dimungkinkan, karena pelajaran kesusastraan tak lebih dari hapalan
bentuk-bentuk kesusastraan, riwayat hidup pengarang, judul karya dan sinopsis
buku-buku wajib baca. Tak pernah ditelusuri secara mendalam (gurunya tak ada
yang terdidik ke arah itu) hakekat kesusastraan itu kaitannya dengan berbagai
pemikiran yang ada dalam kehidupan. Jadinya pelajaran kesusastraan – lebih
popular disebut pelajaran sastra saja – hanya jadi pelajaran tak berguna.
Dihapus juga tidak ada akibatnya.
Kesusastraan
(prosa dan puisi) sesungguhnya terkait dengan seluruh aspek kehidupan. Hanya
saja karena pemaparannya menempuh lajur rekaan imajinasi, sehingga nampak semu.
Tapi dalam kesemuannya itu, sastra merefleksikan fenomena hidup beragam dengan
mendalam, mengikuti cipta-rasa-karsa penulisnya.
Untuk
itu memang diperlukan kesiapan: apresiasi, interpretasi dan analisis, sehingga
dunia rekaan di dalam sastra jelas kaitannya dengan seluruh aspek kehidupan.
Kritik sebagai perangkat penting yang sesungguhnya berfungsi menunjukkan arti
kehadiran sastra, kebetulan sangat parah di Indonesia, sehingga kehadiran
sastra semakin tenggelam hanya sebagai hiburan.
Sastra
memang memiliki potensi yang hebat untuk menghibur. Dan karenanya sebagai
barang komoditi nilainya tinggi. Kaitannya dengan bisnis dan industri juga
meyakinkan. Sebuah karya sastra dapat meledak, mengalami ulang cetak setiap
tahun dengan oplag raksasa dalam berbagai bahasa.
Namun
sastra tidak semata-mata kelangenan, tetapi juga dokumen perjalanan pemikiran
yang menjadi bagian dari perjalanan sejarah. Uncle Toms’s Cabin karya Beecher
Stowe yang melukiskan derita dan nestapa budak kulit hitam di Amerika Serikat,
telah diakui sebagai salah satu pemicu perang Saudara di Amerika dalam rangka
menghapuskan perbudakan.
D. HUBUNGAN ANTARA SASTRA , SENI DENGAN ILMU BUDAYA
DASAR
Masalah
sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi
– materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra
dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni
didalamnya.
Latar
belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan
dengan masalah sebagai berikut :
1.
kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala
keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg
biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
2.
Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak
positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya
sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya .
3.
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan
mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia
bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya .
3.2. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA
A. PENGERTIAN PROSA
Prosa
adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme
(rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan
arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang
artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk
surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media
lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru.
Prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya
barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
B. JENIS-JENIS PROSA
-
Prosa juga dibagi dalam dua bagian, yaitu:
Prosa
lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat.
Prosa
baru adalah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
C. KOMPONEN-KOMPONEN DALAM PROSA
· Prosa lama meliputi :
1. Fabel
Fabel
diambil dari bahasa Belanda yang berarti cerita yang menggunakan hewan sebagai
tokoh utamanya. Misalkan cerita kancil atau cerita Tantri di Indonesia.
Banyak
satrawan dan penulis dunia yang juga memanfaatkan bentuk fabel dalam
karangannya. Salah seorang pengarang fabel yang terkenal adalah Michael de La
Fontaine dari Perancis. Penyair Sufi Fariduddin Attar dari Persia juga
menuliskan karyanya yang termashur yakni Musyawarah Burung dalam bentuk fabel.
Biasa pada sebuah fabel tersirat moral atau makna yang lebih mendalam.
2. Legenda
Legenda
(Latin legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang enpunya
cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda
sering kali dianggap sebagai sejarah kolektif (folk history). Walaupun
demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi
sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Oleh
karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi
sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari
yang mengandung sifat-sifat folklore. Menurut Pudentia, legenda adalah cerita
yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak
dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite.
Dalam
KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya
dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang
setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan.
Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang
mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap
suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan
sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan
kesaktian.
3. Cerita rakyat (folklore)
Cerita
rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang
memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah
yang dimiliki masing-masing bangsa.
4. Tambo
Suatu
karya sastra yang menceritakan sejarah (asal-usul) suku bangsa, negeri, dan
adat. Karya sastra sejarah ini biasa disebut dengan Historiografi Tradisional.
Penulisan sejarah suatu negeri berdasarkan anggapan atau kepercayaan masyarakat
setempat secara turun-temurun.
5. Cerita pelipur lara
Suatu
karya sastra yang berisikan kejenakaan. Karya sastra ini bertujuan untuk
melipur lara atau membuat pembaca melupakan sedihnya.
· Prosa baru meliputi :
1. Roman
Roman
adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya
melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Bisa
juga roman artinya adalah "kisah percintaan".
2. Riwayat
Riwayat adalah catatan singkat tengatang gambaran
diri seseorang. Selain berisi data pribadi, gambaran diri itu paling tidak
harus di isi keterangan tentang pendidikan atau keahlian dan pengalaman. Dengan
data itu riwayat hidup akan memberikan gambaran atau kualifikasi seseorang.
3. Antologi
Antologi
secara harfiah diturunkan dari kata bahasa Yunani yang berarti “karangan bunga”
atau “kumpulan bunga” yang berarti sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya
definisi ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang
dicetak dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya
sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam
pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita
yang ditayangkan dalam radio dan televisi juga tergolong antologi.
4. Resensi
Resensi
adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu
buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi
adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu
patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
5. Kritik
Kritik
adalah analisis untuk menilai suatu karya sastra. Tujuan kritik sebenarnya
bukan menunjukkan keunggulan, kelemahan, benar atau salah sebuah karya sastra
dipandang dari sudut tertentu, tetapi tujuan akhirnya mendorong sastrawan untuk
mencapai penciptaan sastra setinggi mungkin dan mendorong pembaca untuk mengapresiasi
karya sastra secara lebih baik.
Ada
2 jenis kritik sastra :
1. Kritik sastra intrinsik : Fokusnya pada
karya sastra itu sendiri dan menganalisa unsur-unsur karya sastra itu.
2. Kritik sastra ekstrinsik : Menghubungkan
karya sastra dengan hal-hal diluar karya sastra. Misalnya menghubungkan karya
sastra dengan pengarangnya, karya sastra dihubungkan dengan ilmu psikologi,
agama, sejarah, filsafat.
3.3 NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI
A. PENGERTIAN PROSA FIKSI
Prosa
Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu
dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang
bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceritera.
(aminuddin, 2002:66). Sedangkan M. Saleh Saad dan Anton M. Muliono (dalam
Tjahyono, 1988:106) mengemukakan pengertian prosa fiksi (fiksi, prosa narasi,
narasi, ceritera berplot, atau ceritera rekaan disingkat cerkan) adalah bentuk
ceritera atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur
yang dihasilkan oleh daya imajinasi.
B. NILAI-NILAI YANG ADA DALAM PROSA FIKSI
- Prosa fiksi memberikan kesenangan.
Keistimewaannya
pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalami sendiri peristiwa tersebut
- Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi
memberikan sedikit informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
- Prosa fiksi memberikan warisan cultural
Prosa
fiksi dapat menstimulasi imaginasi dan warisan budaya bangsa.
- Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat
prosa fiksi sesorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman dengan
banyak individu.
Berkenaan
dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi 2 :
- Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki zamannya.
- Karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya, tidak mengajak pembaca melakukan sesuatu tetapi untuk merenung.
C. DUA KARYA SASTRA
1. PUISI
Puisi
(dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ
(poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk
kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Penekanan
pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan
rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih
diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan
puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia,
yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan
isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya. Baris-baris
pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal
tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya.
Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus
diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi
tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan'
yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan
sebuah puisi.
Ada
beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun
beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin
memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu
'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan
lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut. Didalam
puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut
juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan
kasar. Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam
bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi
tersebut.
2. DRAMA
Drama
adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah
jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan
perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah
rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor
atau lakon.
Drama
menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama
lama.
1.
Drama Baru / Drama Modern
Drama
baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat
yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2.
Drama Lama / Drama Klasik
Drama
lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian,
kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan
lain sebagainya.
Macam-Macam
Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1.
Drama Komedi
Drama
komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2.
Drama Tragedi
Drama
tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3.
Drama Tragedi Komedi
Drama
tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4.
Opera
Opera
adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5.
Lelucon / Dagelan
Lelucon
adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa
penonton.
6.
Operet / Operette
Operet
adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7.
Pantomim
Pantomim
adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat
tanpa pembicaraan.
8.
Tablau
Tablau
adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh
dan mimik wajah pelakunya.
9.
Passie
Passie
adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10.
Wayang
Wayang
adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
D. CONTOH PROSA
Mite
Dari Desa Trunyan; Desa Tertua Di Indonesia
Mite; sebagai cerita rakyat yang dianggap
benar-benar terjadi, belakangan ini
menjadi trend diberbagai kalangan ilmuwan untuk dikaji dan diteliti
sebagai salah satu alat mencari kelengkapan sejarah. Walau sebelumnya, tentu saja,
cara berpikir kaum akademisi akan menampiknya; cerita yang paling bisa diterima
adalah kisah-kisah dalam kitab-kitab suci sebaliknya mite dan legenda dipandang
sebelah mata. Namun kini semakin terbuka berbagai keilmuan, memberi mite
sebagai salah satu subyek untuk diteliti; melengkapi gaya penulisan sejarah
secara 'theisme' dan sejarah yang berdasarkan ' klanisme' walau memang signal
informasi dan isyarat yang disimpan dalam mite tidak bisa dibaca dengan cara
pikir tradisi bedah intelektual 'gaya
modern' yang kadang jumawa, penelitian mite memerlukan pengetahuan holistic
yang sebenarnya sangat menantang.
Mau tak mau, kini banyak pihak menoleh
kepada mite dan legenda; yang isi
informasinya berkembang dari mulut ke mulut, diwariskan juga dengan tradisi
yang sama dalam bentuk bertutur. Jelas akan menimbulkan banyak pengembangan
bahkan pengurangan, kadang menjauhi kisah awalnya. Sekali waktu, karena kini di
Bali tengah tumbuh fenomena 'majapahitisme', banyak yang kerauhan akan berbagai
soal majapahit; dari merasa titisan Hayam Wuruk bahkan merasa diberkati dan
dirasuki Gajah Mada. Saya justru tertarik untuk menuliskan sebuah Mite yang
jika kemudian disandingkan dengan beberapa peninggalan prasajarah yang sampai
kini masih ada diberbagai belahan dunia akan memberi bahan pemikiran, betapa
tuanya pulau Bali ini; kelak barangkali akan bersanding dengan kesemangatan
berbagai pihak yang tengah mencari 'ujung' atlantik.
Mite Desa Trunyan Bali misalnya; desa yang
diperkirakan sebagai desa tertua di Bali bahkan di Indonesia, disahihkan dengan
berbagai penemuan prasajarah, merujuk ahli
prasejarah R.P Soejono yang mendapatkan beberapa alat batu Paleolitik
seperti kapak perimbas (chopper tools), proto kapak genggam (proto hand ax),
kapak perimbas berpuncak (high backed chpper), kapak perimbas pipih (flat iron
chopper), Bapak Soejono sewaktu menemukannya menjabat sebagai Kepala Lebaga
Purbakala dan Peninggalan Nasional cabang II Bedulu Gianyar; menurut bapak ahli
ini: artefak-artefak temuan di desa induk trunyan diduga berasal dari zaman
Pleistosen Bawah, kini semua penemuan itu di museum purbakala di Gianyar-bali,
bukti lain ketuaan desa Trunyan adalah patung dewa raksasa dewa tertinggi yang
disebut Ratu Sakti Pancering Jagat (Batara Da Tonta): jelas bukan dari model
patung hIndu klasik, menurut Bapak Goris itu jelas patung gaya Megalitik. Bukti
lain adalah jalan tangga yang terbuat dari batu megalitik bernama Jalan Batu
Gede (semoga tidak karena alasan kemajuan zaman apalgi pariwisata lalu jalan
itu diganti aspal).
Nama Desa trunyan jelas nama desa sangat
tua, yang ditemukan dalam beberapa prasasati dengan nama Turunan; namun
prasasti-prasasti itu juga mengisyaratkan bahwa baik penguasa raja bali kuna
maupun selanjutnya; sangat menghormati tata upacara desa trunyan yang berbeda
dengan Bali suku: orang desa Trunyan sejak dahulu kala menyebut diri mereka
sebagai Bali Mula; agak tidak suka disebut bali aga (aga berasal dari kata
arga: sansekerta: artinya gunung), sebab sebutan bali aga konotasinya sebagai
orang gunung yang bodoh; orang bali mula menyebut orang bali lainnya dengan
bali suku: mereka yang datang dari seberang dengan berjalan kaki.
Mite Desa trunyan kini mungkin susah
didengar secara utuh, bahkan mungkin bersaing dengan brosur pariwisata yang
kadang ditulis berdasarkan karangan seorang guide atau tokoh informan desa,
yang belum tentu tahu betapa banyak informasi hilang mengenai Trunyan, ketika
banyak para lelakinya di kirim kerja paksa di zaman Jepang. Itulah sebabnya,
upaya menulis mite ini semoga menggugah banyak pihak untuk bersama mengkaji dan
menyempurnakannya.
Dikisahkan, dahulu kala berhembus bau harum
yang demikian semerbak hingga menembus batas langit, menyentak setiap tarikan
nafas dan mengundang rasa ingin tahu. Dikisahkan, seorang dewi entah bernama
siapa, salah satu penghuni langit tergugah dan terpikat oleh keharuman itu.
Maka taanpa dapat dicegah segera ia melayang –layang; pergi kesana kemari
mencari asal datangnya bau harum itu.
Berhari-hari dewi itu mengikuti arah datangnya
bau harum, kian lama yang mencari, kian ia merasa mendekati asal datangnya
keharuman itu. Benarlah, akhirnya ia melayang menuju satu arah, arah yang
memberi bau terkuat, yang paling keras kesemerbakannya. Akhirnya di satu titik
di antara awan-awan dewi itu menghentikan terbangnya, mengerutkan dahinya,
memastikan bahwa keharuman yang menyentak itu datangnya dari bawah, dari bumi.
Segera dewi itu meluncur dengan anggun, menjejakkan kakinya
di atas tanah, menarik nafasnya dengan mata penuh cahaya; alangkah kagum
hatinya memandang sekitarnya. Sambil melangkah pelahan dicarinya asal keharuman
itu; alangkah terpesona dewi itu saat menyadari semua keharuman yang mampu
menembus langit itu, yang menarik dirinya turun ke bumi berasal dari
pohon-pohon menyan; (pohon dalam bahasa bali disebut taru, menyan: benzoin;
inilah asalkan kata Trunyan) dan sang matahari yang usil dengan penuh senyum
mengikuti secara diam-diam kemana pun
dewi itu melangkah.
Ah, akan berdiam di sini, putus dewi itu
dengan senyum mengembang. Dengan
keriangan yang luar biasa dewi itu bergerak berkeliling mengamati semua pohon
lalu bicara dengan pohon menyan: izinkan aku meminta bagian tubuhmu untuk
kujadikan balai-balai, aku hendak berdiam di sini menikmati keharuman yang
menebar dari diri kalian.
Pohon-pohon menyan seperti bersorak
mengibas-ibas daun dan rantingnya, keharuman makin merebak, salah satu dari
mereka membungkuk, melengkungkan batangnya, tak lama kemudian ada balai-balai
yang demikian nyaman; dewi itu sungguh bahagia dan berjanji akan setiap hari
mengurus semua pohon di sana, pohon-pohon menyan bersorak riang seolah
mendapatkan kembali ibunya. Dewi itu memang jatuh hati pada pohon-pohon itu,
setiap hari di menyisiri barisan pohon-pohon itu, mengajak bercakap-cakap,
kadang bernyanyi, dan matahari terus mengikuti dengan cahayanya bahkan kadang
begitu dekat cahaya itu diarahkan ke mata dewi itu," hei, matahari,
menjauhlah, sudah cukup cahayamu, jangan menyilaukan mataku dan jangan sampai
membuat daun-daun pohon menyan ini layu…"
Tapi sang matahari memang jail dan agaknya
menyukai dewi itu, walau hampir setiap hari dewi itu mendampratnya, matahari
itu tetap saja mengejar dewi itu dengan cahayanya, suatu ketika dewi itu
bersembunyi di sebuah gua, ternyata matahari itu mengikuti dewi itu hingga ke
goa, dengan kesal dewi itu berteiak dank arena demikian kesal ia menunggingkan
pantatnya ke arah langit, ke arah matahari menggantungkan cahayanya seraya
berteriak," ini kupantati kamu, hai matahari yang selalu usil…."
Matahari bukannya meredupkan cahayanya, malah makin bersinar terang sehingga
vagina dewi itu pun nampak.
Keajaiban terjadi setelah menunggingi
matahari, dewi itu hamil. Dan kemudian
melahirkan anak kembar dampit, yang sulung banci, yang lebih kecil perempuan.
Setelah anak itu agak besar, dewi itu dipanggil oleh suara gaib, dia pun
terbang kembali ke langit, kedua anaknya dititipnya pada pohon-pohon menyan dan
matahari setiap hari dengan setia menjaganya.
Pada musim-musim yang penuh angin seperti
biasa keharuman makin semerbak menebar dari tempat itu, tak hanya ke langit
namun juga sampai jauh ke seberang, di sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Dalem Solo (jangan
menyamakan dengan solo yang sekarang apalagi pengertian raja keturunan mataram
hindu, dst. Sebutan solo ini sepertinya merujuk pada ketuaan manusia barangkali
ingatan penemuan fosil manusia purba akan dapat mencegah pengembangan cerita
yang kadang menduga-duga dalem solo ini terkait dengan keraton masa
pertengahan),
Dalem Solo memiliki empat anak; tiga lelaki dan yang bungsu perempuan,
keempatnya sangat tertarik dengan bau harum yang semerbak yang menyelimuti
wilayah kerajaan ayahnya dan berkehendak hendak mencari sumbernya. Ayahandanya
pun ingin tahu asal keharuman itu, mengizinkan keempat anaknya bertualang
mencari sumber keharuman itu.
Maka berangkat keempat saudara itu
menjejaki arah datangnya keharuman; pelahan-lahan mereka bergerak, memastikan
dari arah mana harum itu tercium, mereka bergerak ke Timur, sempat berputar ke
utara, keharuman itu makin menyentak saat mereka melewati celah laut,
pengembaraan mereka memasuki pulau Bali, hingga sempat mereka memasuki daerah
desa Culik lalu ke desa Tepi, sebuah perbatasan antara karangasem dengan
buleleng, bau harum itu makin menguat
dari arah gunung Batur, mereka pun menyusuri jalan mendekati gunung
batur, setibanya di kaki gunung, anak perempuan dari empat bersaudara itu
memutuskan untuk berdiam di sana, tempat itu sekarang di wilayah Pura Batur,
anak perempuan itu mendapat gelar Ratu Ayu Mas Maketeg, sedangkan ketiga
saudara lelakinya melanjutkan perjalanan menyusuri pinggir danau Batur,
setibanya di tempat datar di baratdaya danau terdengar suara seekor burung yang
teramat nyaring, tempat itu lalu dinamakan Desa Kedisan (Kedis adalah bahasa
bali untuk menyebut burung); waktu mendengar suara burung itu karena girang
putra dalem solo yang termuda bersorak kegirangan. Sorakannya itu membuat kakak sulungnya tidak
senang dan memerintahkan," sebaiknya engkau berdiam di sini, tak usah
melanjutkan perjalanan…" Namun adiknya dengan lembut menyahut,"Tidak
kakak, hamba akan tetap turut mencari sumber keharuman, hamba tak tergoda
sedikit pun dengan kemerduan suara burung itu.."
Mendengar sahutan adiknya itu, bukannya
sang kakak senang hati, justru dengan penuh
amarah menendang sehingga adiknya jatuh duduk bersila, itu sebabnya di Kedisan
hingga kini ada patung yang duduk bersila bergelar Ratu Sakti Sang Hyang Jero.
Setelah meninggalkan adiknya dalam kondisi duduk bersila, kedua putra dalem
solo yang sulung dan yang nomor dua melanjutkan pengembaraannya kini menyusuri
tepian timur dan tiba di tempat yang datar serta menemukan dua orang perempuan
sedang mencari kutu di atas kepala yang lain, karena gembira melihat manusia
setelah sekian lama melakukan pengembaraan, putra dalem solo yang kedua amat
gembira dan menyapa kedua perempuan itu, perbuatannya itu ternyata membuat sang
kakak murka," kamu tak pantas lagi mengikuti pengembaraan ini, karena
demikian terpikat dengan kedua perempuan itu, berdiamlah di sini…"
"kakak, apa salah hamba, hamba tetap
akan ikut…hamba tetap berhak untuk menemukan
sumber keharuman itu…"
"Tidak kuizinkan.."
"aku memaksa ikut.."
Sang kakak naik pitam lalu menyepak dengan
sekuat tenaga, sehingga adiknya jatuh melingkuh, telungkup, hingga sampai kini
di sana ada patung yang bentuk telungkup dan asal kata melingkuh itulah dikenal
kemudian dukuh (merujuk abang dukuh, dalam prasasti abang disebut air hawang),
setelah meninggalkan ketiga adiknya, si sulung terus melangkah menyusuri tepian danau menuju utara, melewati jalanan
yang curam, bau semerbak itu makin terasa dekat, dan akhirnya dia tiba di suatu
dataran dimana dia temukan seorang dewi, yang sungguh jelita, membuat
jantungnya berdetak hebat.
Dewi itu tengah duduk terpejam di bawah
pohon-pohon menyan. Dengan penuh kasmaran didekatinya dewi itu, disampaikannya
hasrat hatinya, sang dewi menjelaskan bahwa dia memiliki seorang kakak, maka
sang kakak pun ditemui oleh putra sulung dalem solo. Dengan tenang, kembaran
sang dewi menyahut," kamu boleh mengawini adikku dengan satu syarat kamu
harus mau menjadi raja di sini…"
Putra sulung Dalem solo pun menyetujui
permintaan itu dan mendapatkan gelar Ratu Sakti Pancering Jagat dan istrinya
Ratu Ayu Pingit Dalam Dasar, berdua mereka menguasai wilayah danau batur hingga
kini tetap dipuja dengan tradisi Trunyan . Dan karena tak ingin daerah
kekuasaannya di cari oleh orang-orang disebabkan oleh bau harum yang
menembus langit dan lautan, maka
keduanya memerintahkan kepada rakyat desa trunyan," Jika ada yang
meninggal, jangan dikubur, tapi dipasah, dijajar….agar keharuman menyan tidak
menyebar, tapi cukup hanya disekitar wilayah batur ini saja…" (tradisi
mepasah ini perhatikan standing dengan beberapa cara di beberapa negaraa lain
seperti toraja, mesir, dll) sejak itulah bau harum tak lagi memancar dari
tempat itu.
Beberapa peninggalan patung itu, terkubur
oleh letusan gunung; baik gunung agung maupun gunung batur. Mite Desa trunyan
memberikan bandingkan bagaimana kitab suci misalnya menceritakan kisah adam dan
hawa, lalu kisah manu dalam hindu. Dan Desa Trunyan memiliki kisah awalan
keberadaannya, dan tentu saja di berbagai daerah tersimpan mite-mite itu. Yang
membuat hati berdebar: bukti peninggalan prasajarahnya ada; sehingga terasa
sungguh suatu tanggung jawab untuk menjaga desa dan masyarakat yang memberi
gambaran tentang sebuah akar; yang masih
bisa dijangkau, tak sekedar hidup di dalam mite.
3.4 ILMUBUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI
A. PENGERTIAN PUISI
Puisi
adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritme ataupun jumlah baris
serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Unsure-unsur
intrinsik puisi adalah
1. Tema yaitu tentang apa puisi itu
berbicara
2. Amanat yaitu apa yang hendak
dinasehatkan kepada pembaca
3. Rima yaitu persamaan-persamaan bunyi
4. Ritme yaitu perhentian-perhentian atau
tekanan-tekanan yang diatur
5. Majas atau gaya bahasa yaitu permainan
bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi
6. Kesan yaitu perasaan yang diungkap lewat
puisi
7. Diksi yaitu pilihan kata atau ungkapan
Secara
etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya
berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry
yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan,
1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat
atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang
mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau
yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam,
orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat
menebak kebenaran yang tersembunyi. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7)
menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang
puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide,
nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan
perasaan yang bercampur-baur.
B. KREATIFITAS
PENYAIR DALAM MEMBANGUN PUISINYA
Penyair
adalah orang yang menciptakan suatu karya yang dituangkan dalam bentuk bhasa
berdasarkan pengalaman. Oleh karena itu, puisi merupakan ekspresi dari
pengalaman imajinasi manusia,yang di rasakan begitu indah yang terungkap dari
dalam diri si penulis, pertama sekali yang kita peroleh ketika membaca puisi
adalah pegalaman semakin banyak orang membaca sebuah puisi semakin banyak pula
pengalaman yang diperoleh atau nikmati, terlebih pula pengalaman imajinatif.
Dapat disimpulkan bahwa pengungkapan secara implicit, sarat dengan makna yang
tersirat, dimana kata-kata condong pada artinya yang konotatif, itulah sebenarnya
yang kita maksudkan dengan puisi.
C. ALASAN-ALASAN YANG MENDASARI PENYAJIAN PUISI
DALAM IBD
Pembahasan
puisi dalam rangka pengajaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan diarahkan pada
tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang mumi. Puisi
dipakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema
atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.
Kepuitisan,
keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair
dalam membangun puisinya dengan menggunalcan :
1.
Figura bahasa ( figurative language ) seperti gaya personifikasi, metafora,
perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan
memberi kejelasan gambaran angan.
2.
Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3.
Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi
perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.
Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai
rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5.
Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan,
sehingga lebih menggugah hati
Adapun
alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar
adalah sebagai berikut :
1.
Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
Perekaman
dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut "pengalaman
perwakilan". lin berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah
satu kebutuhan dasamya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari
sekedar kumpulan pengalaman langsung yang tethatas.Dengan pengalaman perwakilan
itu sastra/puisi dapat memberikan kepada para mahasiswa memiliki kesadaran
(insight-wawasan) yang penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang
dirinya sndiri dan tentang masyarakat.
Pendekatan
terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang
disebut "imaginative entry", yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman
hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
2.
Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan
membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran
manusia, baik orang lain maupun did sendiri, karena melalui puisinya sang
penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan
pengalaman setiap orang.
3.
Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi
juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk
sosial, yang terlibat dalam isue dan problem sosial. Secara imaginatif puisi
dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa ;
-
penderitaan atas ketidak adilan
-
perjuangan untuk kekuasaan
-
konflik dengan sesamanya
-
pemberontakan terhadap hukum Tuhan
D. CONTOH PUISI
PADAMU
JUA
habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali akan padamu
seperti dulu
kaulah kandil kemerlap
pelita jendela dimalam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu
satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa
dimana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati
engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertungkar tangkap dengan lepas
nanar aku, gila sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik angin
serupa dara di balik tirai
kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu bukan giliranku
matahari bukan kawanku.
habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali akan padamu
seperti dulu
kaulah kandil kemerlap
pelita jendela dimalam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu
satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa
dimana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati
engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertungkar tangkap dengan lepas
nanar aku, gila sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik angin
serupa dara di balik tirai
kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu bukan giliranku
matahari bukan kawanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar